Buku ini mengulas tema yang cukup luas, yakni berduka dan bersungkawa yang diakibatkan oleh kematian orang tercinta. Selalu terjadi keguncangan dalam kehidupan orang-orang yang mengalaminya. Akan timbul juga berbagai respon atas kejadian dan keguncangan itu. Umumnya diawali dengan penolakan, kemarahan, tawar menawar, kesedian, baru akhirnya penerimaan. Namun untuk sampai tahap penerimaan diperlukan pengolahan atas peristiwa dan perasaan yang dialami. Tidak banyak orang yang mampu melakukan pengolahan dengan kemampuan dan kerkuatannya sendiri. Maka diperlukan pendamping, proses pendampingan, dan teknik atau tatacara yang tepat. Dengan demikian orang yang berduka dan bersungkawa (yang sangat banyak jumlahnya dan selalu bertambah setiap hari) mampu memaknai “bencana” atau “musibah” yang dialaminya sebagai rahmat, sebagai berkat, sebagai jalan keselamatan Allah sendiri. Tema ini dirangkum dari pengalaman berbagai pihak yang pernah terkena musibah kehilangan orang tercinta dan yang mengolah dikacita dan sungkawa mereka dalam kurun waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Pembahasannya pun didukung tulisan-tulisan dan kajian para ahli, yakni dokter, terapeutik, pesikolog, psikoanalitik, psikoterapeut, dan rohaniwan yang berpengalaman mendampingi orang-orang berduka dan bersungkawa.
Berdukacita dan Bersungkawa – Mengolah Musibah Menjadi Berkah
Rp 86.000
Buku ini mengulas tema yang cukup luas, yakni berduka dan bersungkawa yang diakibatkan oleh kematian orang tercinta. Selalu terjadi keguncangan dalam kehidupan orang-orang yang mengalaminya. Akan timbul juga berbagai respon atas kejadian dan keguncangan itu. Umumnya diawali dengan penolakan, kemarahan, tawar menawar, kesedian, baru akhirnya penerimaan. Namun untuk sampai tahap penerimaan diperlukan pengolahan atas peristiwa dan perasaan yang dialami. Tidak banyak orang yang mampu melakukan pengolahan dengan kemampuan dan kerkuatannya sendiri. Maka diperlukan pendamping, proses pendampingan, dan teknik atau tatacara yang tepat. Dengan demikian orang yang berduka dan bersungkawa (yang sangat banyak jumlahnya dan selalu bertambah setiap hari) mampu memaknai “bencana” atau “musibah” yang dialaminya sebagai rahmat, sebagai berkat, sebagai jalan keselamatan Allah sendiri. Tema ini dirangkum dari pengalaman berbagai pihak yang pernah terkena musibah kehilangan orang tercinta dan yang mengolah dikacita dan sungkawa mereka dalam kurun waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Pembahasannya pun didukung tulisan-tulisan dan kajian para ahli, yakni dokter, terapeutik, pesikolog, psikoanalitik, psikoterapeut, dan rohaniwan yang berpengalaman mendampingi orang-orang berduka dan bersungkawa.
Ketersediaan: Stok 30