Dalam pergaulan antar budaya saat ini cara kita memaknai pengalaman dan peristiwa tidak otomatis kembali ke belakang, ke sumber nilai-nilai yang telah melahirkan dan membesarkan kita. Disadari atau tidak, kita sudah selalu menggunakan bermacam sistem nilai lain dari luar juga sebagai rujukan. Dalam praksisnya, kebudayaan selalu berada dalam interaksi percampuran. Ia selalu bergerak melintasi batas sekat-sekat perbedaan komunitas. Dalam interaksi transaksional dengan “liyan” itu, tradisi dikritisi, diseleksi, dieksplorasi, ditafsirkan kembali, dan diperbaharui. Kebudayaan memang merupakan pola perilaku kolektif, namun justru karena itu ia adalah sesuatu yang bersifat interaktif, dan karenanya fluid, cair; pola dan prioritas nilainya bisa berubah bersama perubahan konteks. Ketika interaksi kultural menjadi semakin ketat dan luas tanpa batas, barangkali kini lebih tepat kita melihat kebudayaan dari perspektif “relasional”-bukan “defensif”. Di sana kebudayaan dilihat sebagai alat berpikir saja; alat reflektivitas kritis untuk memosisikan diri saat berhadapan dengan pola pikir, jenis pengetahuan dan sikap asing yang tidak kita pahami. Buku ini mencoba mengeksplorasi konsekuensi lanjut dan lebih dalam dari situasi yang kompleks dan penuh ketidakpastian itu. Bila kebudayaan dianggap isu sentral hari ini, pembicaraan dalam buku ini memperllihatkan jantung perkaranya.
Kebudayaan dan Kondisi Post-Tradisi
Rp 60.000
Dalam pergaulan antar budaya saat ini cara kita memaknai pengalaman dan peristiwa tidak otomatis kembali ke belakang, ke sumber nilai-nilai yang telah melahirkan dan membesarkan kita. Disadari atau tidak, kita sudah selalu menggunakan bermacam sistem nilai lain dari luar juga sebagai rujukan. Dalam praksisnya, kebudayaan selalu berada dalam interaksi percampuran. Ia selalu bergerak melintasi batas sekat-sekat perbedaan komunitas. Dalam interaksi transaksional dengan “liyan” itu, tradisi dikritisi, diseleksi, dieksplorasi, ditafsirkan kembali, dan diperbaharui. perllihatkan jantung perkaranya.
Ketersediaan: Stok 2